Halo... Beberapa jam yang lalu saya baru saja menyelesaikan membaca novel Aroma Karsa karyanya Mbak Dee Lestari. Nah, mumpung kesan-kesannya masih segar dalam memori, maka saya mau menuangkannya dalam tulisan ini. Oh iya, saya mau kasih peringatan spoiler dulu nih, tulisan saya di bawah ini sangat mungkin mengandung spoiler.
Kesan Bagian Awal (Abstrak-Orientasi)
Saat membaca di halaman-halaman awal buku, seperti biasa, saya selalu kebosanan dan rasa penasaran saya rendah sekali. Dalam sehari tidak banyak yang saya baca, sehingga tempo membaca saya jadi lambaat sekali. Tentu ini bukan salah penulis, sayanya aja yang gampang bosan dengan alur yang lambat. Tapi namanya cerita pembuka, ya wajar lah kalau alurnya lambat, karena masih tahap pengenalan tokoh, karakter, dan lain-lain.
Kesan Bagian Pertengahan (Komplikasi-Evaluasi)
Nah, di bagian pertengahan rasa penasaran dan ketertarikan saya dengan isi novel ini sudah mulai menggeliat. Tempo membaca saya jadi lebih cepat. Di bagian pertengahan inilah saya sedang yakin-yakinnya kalau Mbak Dee membuat tokoh Jati Wesi terispirasi dari tokoh Jean-Baptiste Grenouille dalam film Perfume:The Story of Murderer. Kedua tokoh itu punya hidung yang sama-sama tajam, ahli dalam membuat parfume, dan mampu mendeteksi macam-macam lewat aroma. Oh, tapi tentu kisah hidup Jati Wesi beda dengan Jean-Baptiste, cuma kemampuan olfaktorinya saja yang mirip.
Di bagian pertengahan cerita ini juga saya mulai sebal dengan tokoh Tanaya Suma, anak dari Raras Prayagung. Saya sebal karena ketidaksukaannya dengan Jati Wesi itu rasanya terlalu berlebihan dan tanpa alasan. Ya, sebenarnya ada alasannya, sih. Tapi itu dijelaskan belakangan dalam buku.
Kesan Bagian Akhir (Resolusi-Koda)
Nah, untuk membaca bagian akhir ini saya seharian benar-benar meluangkan waktu untuk membaca novel Aroma Karsa ini hingga tuntas. Mana bisa saya tahan dengan rasa penasaran yang semakin meluap-luap? Saya menikmati sekali dengan aliran cerita dari tahap Evaluasi ke Resolusi.
Saya suka perkembangan karakter Suma dan interaksinya dengan Jati di bagian ini. Saya malah mulai sebal dan terus semakin sebal hingga akhir dengan tokoh Raras. Saya sebal sekali dengan ambisinya yang terlalu menggebu-gebu untuk menggapai tujuannya sampai membuat korban di sana-sini.
Kesan Keseluruhan
Kesan saya dari keseluruhan cerita di buku ini, it's not my cup of tea. Bagi saya yang menggemari genre fantasi, buat saya cerita di buku ini fantasinya nanggung. Selain itu saya kurang nyaman dengan adanya adegan perselingkuhan dan "ena-ena" di buku ini, adegan perselingkuhannya bikin saya risih, sedangkan adegan "ena-ena"-nya bikin saya malu dan canggung. Tapi saya sendiri cukup menikmati pembahasan tentang bunga Puspa Karsa dan aroma di buku ini.
Kesan Catatan Penulis
Saya setuju dengan cerita penulis yang menyatakan bahwa pengalaman dengan aroma sudah menarik perhatiannya sejak ia kecil, karena saya pun demikian. Saya ingat pengalaman saya dengan aroma pembersih muka Viva varian Cucumber, dulu ketika saya masih tidur bersama ibu saya, setiap menjelang tidur ibu saya selalu memakai pembersih muka Viva itu, sehingga sekarang, setiap kali saya mencium aroma pembersih muka itu, maka memori saya rasanya akan kembali ke masa-masa saya kecil ketika masih tidur bersama ibu. Saya pun ingat pengalaman saya dengan aroma rumput yang baru dipotong yang biasa saya temui saat berangkat sekolah ketika saya SD dan SMP, sehingga ketika sekarang saya menemui aroma itu lagi, maka saya akan kembali teringat dengan masa-masa sekolah saat saya masih diantar dan dibonceng oleh bapak saya. Kesan catatan penulis ini jatohnya malah jadi cerita-cerita saya dengan aroma, ya, hahaha.
Ya sudah, daripada saya makin ngelantur, maka Kesan Buku kali ini saya akhiri saja, terima kasih sudah membaca!
Posted at 21 January 2022
Tidak ada komentar