Kesan Buku: SEGALA-GALANYA AMBYAR - Mark Manson

SEGALA-GALANYA AMBYAR - Mark Manson

    Saya membeli buku ini karena kebetulan banget ada yang jual buku ini kondisi bekas dengan harga yang sesuai dengan budget saya dan saya juga lagi mood pengen baca buku self improvement. Selain itu, judul buku ini rasanya juga sangat menggambarkan kondisi hidup saya saat ini yang segala-galanya ambyar, jadi rasanya ini waktu yang pas aja gitu buat saya baca buku ini.

    Isi buku ini dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama berisi pembahasan Manson tentang Harapan yang terdiri atas 5 bab dan bagian kedua berisi pembahasan tentang Segala-Galanya Ambyar yang terdiri atas 4 bab. Maka di sini saya akan menceritakan kesan saya dengan dibagi dua seperti isi buku.

Bagian 1: HARAPAN

    Bagian ini berisi tentang penjelasan dari makna Manson tentang harapan, tentang pentingnya harapan dalam hidup kita, tentang bagaimana otak kita membangun sebuah harapan, dan tentang bagaimana harapan membuat orang-orang jadi membuat agama-agama, baik itu agama spiritual maupun agama ideologis. Agama-agama itu semua pada dasarnya lahir karena manusia memiliki harapan dan membentuk harapan agar bisa bertahan hidup dan melanjutkan hidup.

Bagian 2: SEGALA-GALANYA AMBYAR

    Bab awal dari bagian 2 ini, Formula Kemanusiaan, menjelaskan tentang bagaimana kita bisa menjadi seorang pribadi yang dewasa dan hidup tanpa bergantung dengan harapan, yaitu dengan menggunakan Formula Kemanusiaan. Prinsip Formula Kemanusiaan pada dasarnya adalah mendahulukan kemanusiaan (humanity), hal ini berlaku untuk diri sendiri maupun ketika berinteraksi dengan orang lain. Dalam kaitannya dengan hubungan dengan orang lain, kita perlu menempatkan orang lain sebagai tujuan, bukan sebagai sarana. Contohnya seperti saya bersikap baik kepada orangtua agar orangtua saya bahagia (orangtua saya sebagai tujuan), akan berbeda dengan saya bersikap baik pada orangtua saya agar mereka juga bersikap baik kepada saya (orangtua saya sebagai sarana). Menjadikan orangtua saya sebagai sarana adalah hal yang transaksional dan itu berarti tindakan saya yang baik kepada mereka mengandung pamrih. Maka dari itu, karena kita perlu bertindak tanpa pamrih untuk menjadi orang yang bersikap dewasa, kita sepantasnya tidak mengharapkan kehidupan yang lebih baik atau membuat harapan dalam hidup, melainkan hidup dengan baik pada saat ini, living in the moment.

  Untuk melepaskan diri dari kekuatan transaksional harapan, orang harus bertindak tanpa pamrih. -203

    Dalam bab Formula Kemanusiaan ini juga dijelaskan bahwa untuk mengubah dunia tidak diperlukan agama-agama spiritual ataupun ideologi, melainkan adalah memperbaiki diri sendiri dengan menjadi baik pada saat ini, berdamai dengan diri sendiri, bertindak baik pada diri sendiri berdasarkan formula kemanusiaan, maka itu akan mempengaruhi orang lain untuk bertindak baik juga kepada dirinya sendiri dan seterusnya.

    Pada bab Rasa Sakit adalah Konstanta Universal, saya merasa tertampar ketika dihadapkan dengan pertanyaan "Akankah Anda bergelut dengan penderitaan atau menghindari penderitaan Anda?". Rasa-rasanya beberapa tahun terakhir saya lebih sering menghindari penderitaan, sehingga hidup saya, hubungan saya dengan lingkungan saya, hingga hubungan saya dengan diri sendiri rasanya kian hari kian rapuh dan terasa ambyar. Pada bab ini juga saya merasa bahwa perkembangan mental saya telah mengalami kemunduran, karena jika saya ingat-ingat, secara emosional, saya pada masa SMA dan kuliah sebelum memasuki semester akhir memiliki sikap lebih dewasa. Contohnya saja, saya ingat saat saya kehilangan uang saya sewaktu SMA, kala itu saya menyikapi hal itu dengan lebih santai dan bahkan masih sempat bercanda dengan teman saya. Contoh lain, saat saya bingung menentukan jurusan kuliah, saya dengan sadar memilih masuk jurusan Biologi walau saya tahu ada beberapa cabang ilmu biologi yang tidak saya sukai dan kuasai dengan mudah, saat itu saya memilih penderitaan saya. Saya memilih untuk menderita dengan memilih jurusan Biologi, yang saya cintai, namun tak sepenuhnya saya sukai dan kuasai. Kemudian, saya merasa mental saya seperti seorang remaja yang transaksional ketika memasuki masa pengerjaan tugas akhir, saya mengalami krisis eksistensial karena saya merasa hal-hal yang telah saya perjuangkan rasanya tak ada yang berbuah dan cita-cita yang saya dambakan terasa tak dapat saya gapai. Lalu di masa sekarang, saya seperti kembali menjadi seorang anak kecil yang hanya ingin bersenang-senang dan menghindari penderitaan. *Iya, saya jadi curcol.

    Manson mengakhiri buku ini dengan keberaniannya mengutarakan harapan-harapannya untuk kita semua dan dunia yang lebih baik.

    Poin penting yang saya pelajari dari buku ini adalah bahwa kita sebaiknya tidak berharap, karena harapan-harapan itu bisa membuat kita ambyar. Yang perlu kita lakukan adalah menjadi lebih baik untuk diri sendiri, dengan begitu tanpa kita berharap dunia menjadi lebih baik, kita telah membuat diri kita dan perlahan-lahan lingkungan kita (tanpa kita sadari) menjadi lebih baik.

    O iya, pada bagian akhir buku ini terdapat Catatan Akhir dari penulis yang berisikan sumber referensi atau komentar tambahan dari penulis, hal itu poin plus buat saya. 

    Sekian saja kesan buku Segala-Galanya Ambyar dari saya, terima kasih sudah membaca!

Tidak ada komentar