Baru-baru ini saya ada membaca buku karya Erikar Lebang yang judulnya "Mitos dan Fakta Kesehatan 2". Well, sebenarnya saya tidak membaca buku itu secara keseluruhan dan runut dari awal sampai akhir, saya hanya membaca hal-hal yang saya rasa menarik dan belum saya ketahui (bukan berarti saya sudah tahu, tapi saya merasa minimal sudah tahu garis besar dari topik tersebut). Beberapa bagian yang saya lewati itu misalnya seperti sistem pencernaan, pentingnya sarapan, dehidrasi, protein hewani. Bagian-bagian tersebut saya lewati karena saya rasa saya sudah cukup mengerti mengenai topik itu dari apa yang sudah saya pelajari saat kuliah maupun saya ketahui dari video-video tentang diet dan kesehatan di youtube. Ada juga sih bagian yang saya lewati karena saya tidak tertarik dengan topiknya, contohnya saja topik "Back pain karena high heels", saya lo nggak pakai high heels, jadi ya nggak tertarik dong saya.
Belakangan ini setiap saya menemukan buku tentang gizi, kesehatan, atau yang berkaitan dengan sains dan berniat untuk membacanya, saya terlebih dahulu akan melihat daftar pustakanya. Iya daftar pustaka, bukan sinopsis yang ada di bagian belakang buku, kenapa? Karena sejak saya kuliah saya sangat ditekankan untuk mengambil referensi yang valid dan bisa dipertanggung jawabkan, bisa dari buku, jurnal penelitian, ataupun skripsi/tesis, dan itupun saya seringkali diminta untuk mengambil sumber referensi yang paling terbaru, seperti dari 5 tahun terakhir. Dari situ saya sangat awere dengan yang namanya sumber pustaka. Dulu saat saya masih mahasiswa baru dan liburan di Pelaihari, saya pernah kecolongan membaca buku di perpustakaan yang topiknya tentang kesehatan dan ternyata setelah saya sudah selesai membaca bukunya dan sampai pada halaman daftar pustaka, saya melongo melihat sumbernya yang 98% dari blog. Parahnya lagi ketika saya langsung cek ke blog-blog tersebut ataupun website yang menjadi sumber dari buku itu ternyata juga tidak memberikan sumber yang valid. Pengalaman itu mengajarkan saya untuk lebih berhati-hati dalam membaca buku yang berkaitan dengan sains agar saya tidak sampai tersesat dalam memperoleh ilmu. By the way, saya biasanya sering membaca di perpustakaan, jadi bisa seenaknya membuka lembar bukunya tanpa khawatir "membuka berarti membeli" 😄.
Buku "Mitos dan Fakta Kesehatan 2" ini setelah saya lihat daftar pustakanya ternyata oke juga loh, tidak ada satupun sumber dari internet, semuanya dari buku. Sumber pustaka yang lumayan saya notice itu ialah buku-buku karya Hiromi Sinya, yang mana buku-buku beliau banyak yang ke arah enzim (Buku beliau yang tersedia di perpustakaan Banjarbaru yang berjudul Mukjizat Enzim belum selesai saya baca sih). O iya, biasanya setelah saya melihat daftar pustaka, saya juga lihat spesifikasi penulisnya juga. Om Erikar ini biografinya sedikit banget yang dituliskan di buku, dan pas saya coba cari di internet juga hanya sedikit informasi yang tersedia. Sangat sulit bagi saya untuk menemukan biografi beliau yang menuliskan latar belakang pendidikannya. Bagi saya latar belakang dan pekerjaan dari seoarang penulis itu juga cukup penting untuk diperhatikan, ya sebagaimana alasan sebelumnya, agar kita tidak sesat dalam mendapat ilmu. Om Erikar ini meski saya tidak tahu latar belakang pendidikannya, tapi saya rasa buku karya beliau ini cukup reliable, kenapa? Karena kalau ditilik pada latar belakang perkerjaannya, beliau ini sudah lumayan banyak berkecimpung dalam dunia kesehatan sebagai salah satu orang yang mempopulerkan food combaining di Indonesia, selain itu sumber-sumber pustakanya juga terpercaya.
Membaca buku "Mitos dan Fakta Kesehatan 2" banyak memberikan informasi baru untuk saya, dan tentunya juga mengenalkan saya dengan Food combaining, yang mana sebenarnya sudah sangat terlambat bagi saya baru mengenalnya. Sejauh yang saya tau Food combaining mulai diperkenalkan di Indonesia sejak 1999, mulai populer pada 2014, dan saya malah baru kenal tahun 2018, hmm ya sudahlah lebih baik terlambat kan daripada tidak samasekali. Dari buku ini saya tau mengenai pentingnya mengonsumsi air yang bersifat alkali bagi tubuh karena pH-nya yang basa sehingga sesuai dengan pH tubuh kita. Mengonsumsi buah atau air yang bersifat basa juga membantu agar lambung kita tidak mengeluarkan asam nya secara berlebihan yang bisa menimbulkan penyakit asam lambung tinggi. Makanan yang bersifat asam saat masuk ke lambung maka sifat asam di lambung semakin tinggi sehingga asam lambung menjadi semakin naik.
Buku "Mitos dan Fakta Kesehatan 2" ini cukup banyak membuka wawasan saya mengenai pentingnya air alkali bagi tubuh. Berbanding lurus dengan informasi baru yang saya peroleh mengenai air alkali, dari buku ini saya juga disodorkan informasi bahwa air zam-zam yang mana sebagai umat muslim sangat saya elu elu kan, ternyata merupakan salah satu air alkali terbaik yang asli dari alam. Meminum air alkali juga tidak boleh sembarangan, sebaiknya kita tidak minum air alkali yang biasa di jual orang-orang. Bukan apa-apa, menurut buku ini air alkali yang dijual di pasaran bisa saja sudah ditambahkan unsur mineral tertentu seperti magnesium dan kalsium yang mana kadarnya bisa tidak pas dengan tubuh manusia. Ya memang air alkali terbaik itu yang langsung disediakan oleh alam, tapi gimana kan ya, air alam dengan sifat alkali tidak mudah dipeoleh untuk konsumsi sehari-hari, apalagi saya yang di kalimantan, kandungan mineral di airnya sedikit kalau dibandingkan dengan air jawa. Para pelaku food combaining biasa membuat air alkali dengan meminum air putih yang ditambahkan sedikit perasan lemon agar pH-nya meningkat menjadi basa. Sangat disarankan saat kita baru bangun dari tidur meminum air putih hangat yang ditambah perasan lemon, dan saat ini saya berusaha konsisten menjalankannya. Sebenarnya saran minum air lemon saat pagi hari ini sebelumnya sudah saya dapat dari videonya Kak Yulia Baltschun, di video itu kak Yulia meminum air lemon sebagai salah satu ritual pagi harinya yang mana bisa membantu membersihkan usus. Sewaktu saya melihat itu saya pikir, ah saya mana bisa minum air lemon pagi-pagi, bisa-bisa maag saya langsung kumat. Setelah membaca penjelasan rinci mengenai air alkali di buku Om Erikar ini barulah saya paham dan mulai berani mencoba. Beberapa hari ini sudah saya terapkan setiap baru bangun air yang pertama masuk ke tubuh saya ialah air alkali yang saya buat sendiri dari air biasa dengan perasan lemon.
Tadi saya ada menyebutkan bahwa air alkali yang dibuat dengan cara menambahkan unsur magnesium serta kalsium tidak baik untuk dikonsumsi karena kadarnya yang bisa tidak sesuai dengan tubuh. Kadar magnesium dan kalsium pada tubuh apabila berlebihan maka akibatnya akan mengganggu kerja ginjal, kerja ginjal akan semakin berat. Nah, bagi penderita maag, mungkin sebenarnya tidak asing dengan unsur magnesium ya. Banyak obat maag di pasaran (antasida) yang apabila dilihat kandungannya salah satunya adalah magnesium hidroksida. Tidak hanya obat maag saja sebenarnya, kita disarankan meminum air putih yang banyak apabila sedang mengonsumsi obat-obatan. Dari buku ini saya tahu bahwa mengonsumsi obat-obat antasida dalam jangka waktu panjang bukannya malah membuat kondisi lambung menjadi normal malah bisa mengakibatkan berbagai macam penyakit, seperti luka lambung, melemahnya daya tahan tubuh, hingga osteoporosis.
Sedikit hal lain yang saya ketahui mengenai food combaining dari buku ini ialah bahwa buah benar-benar harus dikonsumsi secara eksklusif. Buahnya pun harus buah yang masih segar dan manis karena matang sempurna. Buah-buahan yang masih segar tentunya belum teroksidasi dan kandungan enzim aktif di dalamnya lebih banyak. Konsumsi buah secara eksklusif bertujuan agar segala nutrisi dalam buah segar tersebut dapat terserap sempurna di tubuh. Setelah saya coba cari-cari di internet lebih lanjut, saya ketahui bahwa konsumsi buah dijadwalkan pada pagi hari untuk membantu dalam membersihkan usus. Saya pribadi mencobanya dengan menjadwalkan mengonsumsi buah pada pagi hari sebagai sarapan serta pada malam hari sebagai penutup sebelum minum air putih dan tidur. Hal penting yang perlu digaris bawahi dari food combaining ialah bahwa pola makan ini tidak ditujukan agar badan kurus, melainkan agar badan sehat. Berat badan yang turun hanya bonus saja, karena dengan melakukan pola makan yang sehat maka berat badan yang ideal pun akan mengikuti. Kalau mau kurus ya harus kalori defisit, main hitung-hitungan kalori harian. Saya pribadi ingin mencoba pola makan sehat bukan karena ingin kurus atau berat badan turun, melainkan karena saya ingin sehat dan ingin kulit saya tidak tampak tua dari seharusnya.
Mungkin hanya ini hal-hal baru yang bisa saya share di postingan kali ini. Sebenarnya banyak hal lain yang saya peroleh dari buku ini, tetapi mungkin postingan ini akan menjadi sangat panjang bagai ular naga apabila saya masukan ke sini 😂. Hal-hal yang saya sampaikan di atas tentunya hanya sebagan kecil dari ilmu yang saya peroleh dari buku "Mitos dan Fakta Kesehatan 2", yang mana hal-hal tersebut adalah hal yang paling mudah bagi saya untuk merangkumnya dengan cepat di kepala saya dan menerapkannya tanpa perlu membaca ulang bukunya ataupun mencari referensi tambahan dari internet. Ada beberapa topik yang sebenarnya ingin turut saya sampaikan di post ini namun kalau dibahas akan terlalu panjang, sehingga saya rencanakan untuk membahas topik itu lebih lanjut di postingan lain yang mana saya perlu membaca sumber-sumber lain terlebih dahulu, salah satunya tentu saja buku karya Kakek Hiromi Sinya 😄. Ditunggu saja di postingan dengan label 'Bicara Kesehatan' berikutnya.. Insyaallah akan saya posting dalam waktu dekat pada liburan ini. Terimakasih dan semoga bermanfaat...
Tidak ada komentar